Bahaya Malfungsi Semesta

Bahaya Malfungsi Semesta

Oleh : Muhammad Syafii Kudo 

Malfungsi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring adalah sistem proteksi yang bekerja tidak sebagaimana mestinya. Bisa dikatakan malfungsi adalah suatu keadaan atau kondisi di mana sesuatu tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Istilah ini dapat digunakan dalam berbagai konteks. Dan dalam semua konteks, malfungsi mengacu pada penyimpangan dari fungsi normal atau yang diharapkan, sehingga menyebabkan masalah atau kesulitan.

Malfungsi tersebut disadari atau tidak sangat berpengaruh besar dalam tatanan kehidupan di alam semesta ini. Bayangkan jika saja matahari tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Terbit dari Barat dan tenggelam di Timur, misalnya. Lapisan ozon dan atmosfer yang bertugas menyaring panas matahari tiba-tiba gagal fungsi, misalnya. Kemudian Bumi tidak berfungsi sebagaimana harusnya entah gravitasinya eror, tanahnya tidak stabil alias selalu bergerak, gunungnya bergetar terus, lautnya meluap terus dan seterusnya. Kemudian langit yang tanpa tiang itu misalnya ambruk ke Bumi. Udara yang biasanya sejuk tetiba membawa hawa panas dan mematikan, misalnya dan lain-lain. Semua itu adalah sebuah gambaran dimana malfungsi dari sesuatu itu sangat membahayakan kehidupan di semesta ini. Dan beruntungnya Allah yang Maha Welas itu selalu Istiqomah menjaga keseimbangan tatanan semuanya demi kemaslahatan makhluk hidup. 

Lain Tuhan lain manusia. Makhluk yang ditugaskan menjadi Khalifah di muka bumi itu adalah tempatnya salah dan lupa. Tabiat manusia yang suka merubah keseimbangan tatanan semesta adalah bencana besar yang sebenarnya merugikan mereka sendiri dan mahluk hidup lainnya. Dan tidak pernah merugikan Allah sama sekali. 

Wanita misalnya, di dalam Al Qur'an disebutkan dengan jelas,

وَقُل لِّلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ آبَائِهِنَّ أَوْ آبَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ أَبْنَائِهِنَّ أَوْ أَبْنَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي أَخَوَاتِهِنَّ أَوْ نِسَائِهِنَّ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُنَّ أَوِ التَّابِعِينَ غَيْرِ أُولِي الْإِرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ أَوِ الطِّفْلِ الَّذِينَ لَمْ يَظْهَرُوا عَلَى عَوْرَاتِ النِّسَاءِ وَلَا يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِينَ مِنْ زِينَتِهِنَّ وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

"Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya (tabaruj), kecuali yang (biasa) tampak darinya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau para perempuan yang beriman, atau budak-budak yang mereka miliki, atau laki-laki yang tidak mempunyai keinginan terhadap perempuan, atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat perempuan. Dan janganlah mereka menghentakkan kaki mereka agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung." (QS. An-Nur : 31)

Allah mewajibkan wanita menutup aurat dan menjaga pandangan serta kehormatannya demi kebaikan kaum wanita itu sendiri. Namun karena menuruti hawa nafsu dan tunduk pada syahwat yang ditunggangi Setan, kaum hawa kini dengan bangga membuka auratnya. Jilbab yang fungsi utamanya adalah untuk menutup bentuk tubuh (terutama bagian dada sampai rambut) kini -karena tidak memahami ilmu agama- berubah fungsi menjadi alat kecantikan untuk menarik mata lelaki belaka. Sehingga kini tidaklah aneh didapati wanita berkerudung namun pakaiannya ketat menampilkan lekukan tubuh bahkan semi telanjang. Ada juga wanita berjilbab namun hobi joged untuk konten media sosial mereka. Ada pula fenomena wanita berkerudung ikut goyang seronok di tengah jalan di acara karnaval. Bahkan ada wanita berkerudung yang merekam dirinya sendiri sedang melakukan aksi mesum. Dan mirisnya lagi ada pula wanita yang kesehariannya berjilbab namun ternyata menjual dirinya di aplikasi prostitusi daring. Ini jelas adalah bentuk malfungsi dari Jilbab yang dalam pandangan syariat merupakan instrumen vital dalam menjaga Marwah Wanita. Wanita berjilbab adalah wanita yang memiliki rasa malu (terhadap Allah) yang tinggi. Wanita Berjilbab seharusnya adalah wanita yang sudah memahami Ilmu agama dan sudah "mendalam" keislamannya. Namun karena jilbab sudah mengalami malfungsi maka syariat berjilbab bagi wanita kini mengalami pergeseran makna. Bagi wanita zaman ini -yang tidak memahami ilmu agama- jilbab hanyalah kain penutup rambut, riasan pemanis tampilan dan seragam kondangan serta pengajian belaka.

Mengenai kasus malfungsi yang lebih besar, juga disebutkan di dalam Al Qur'an, 

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ

“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (QS. Al A'raf: 179)

Dalam ayat di atas, Allah mengibaratkan orang-orang yang tidak bisa memanfaatkan hati, mata dan telinganya dengan benar adalah laksana binatang ternak, yakni dalam redaksi أُولَٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ.

Ibnu Katsir menjelaskan yang dimaksud layaknya binatang ternak adalah orang-orang yang diserukan kepada mereka untuk beriman sama halnya binatang ternak yang diseru oleh sang penggembala, dimana mereka hanya mendengar suaranya saja, namun tidak memahami apa maknanya sama sekali. (Tafsir Ibnu Katsir, jilid 3: 490) 

Imam Al Qurthubi menyebutnya seperti binatang karena mereka tidak mencari pahala dari suatu perbuatan baik. Pikiran mereka hanya perihal makan dan minum belaka alias seputar perut. Imam At Thabari menjelaskan bahwa Allah menciptakan neraka Jahannam  untuk mereka (jin dan manusia) yang memiliki hati namun tidak memahami ayat-ayat Allah, baik itu merenungi keesaan-Nya, kebenaran Rasul-Nya, yaitu orang yang kufur atau menolak kebenaran. (Tafsir Thabari, jilid 11: 801)

Selain itu, mereka yang memiliki mata namun tidak bisa melihat keagungan Allah, tanda-tanda kebesaran-Nya dan keesaan-Nya, yakni orang yang syirik,  menganggap masih ada yang lebih agung dari pada Allah. Setelah itu adalah mereka yang memiliki telinga namun tidak bisa dipergunakan untuk mendengar ayat-ayat Allah. Tidak bisa merenungi dan memikirkannya, bahkan menolak adanya kebenaran yang telah disampaikan oleh Rasul-Nya kepadanya.

Imam Al Qurthubi juga menambahkan bahwa ayat ini bukan berarti mereka itu benar-benar tuli maupun buta secara fisik, mereka memang punya mata yang berfungsi untuk melihat, punya telinga yang berfungsi untuk mendengar, namun yang dimaksud adalah tidak mempergunakan fungsi panca indranya itu dengan benar. (Tafsir Qurthubi, jilid 7: 817-818)

Definisi tidak menggunakan alat inderawi dengan benar menurut Syekh Wahbah Zuhaili adalah menggunakan akal dan indra hanya untuk kepentingan dunia semata tidak untuk kepentingan agama (akhirat). Hati mereka tidak digunakan untuk memahami segala hal untuk mewujudkan kemaslahatan agama. Mata dan telinganya tidak digunakan untuk melihat dan mendengar hal-hal yang dapat mewujudkan kemaslahatan. (Tafsir al-Munir, jilid 5: 169-170)

Itulah malfungsi manusia. Manusia sebenarnya difungsikan oleh Allah sebagai Khalifah (wakil) Allah di muka bumi untuk mengelolanya demi kemaslahatan mereka sendiri. Namun karena hawa nafsu dan bisikan setan yang dituruti maka fungsi Khalifatullah itu mengalami malfungsi akut hingga akhirnya kekacauan di muka bumi kini kian merajalela. Ini dibuktikan dengan pernyataan Allah di dalam Al Qur'an,

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

"Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)."(QS. Ar Rum: 41).

Walhasil dapat ditarik kesimpulan sederhana bahwa tatanan semesta ini sebenarnya akan senantiasa normal dan berjalan sesuai alur alamiah (sunatullah) manakala apa yang sudah diatur sedari awal (semacam 'setelan pabrik' Ilahi) tidak diotak-atik alias tetap apa adanya dan dipatuhi. Namun begitu semua itu diubah-ubah, maka semua bagian daripada semesta (makhluk) perlahan akan mengalami malfungsi. Dan malfungsi paling berbahaya adalah malfungsinya manusia. Sebab ia adalah lakon utama dalam pementasan drama kehidupan di dunia yang sementara ini. Wallahu A'lam Bis Showab.

BACA JUGA

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama