Perbaiki Pakaianmu

Perbaiki Pakaianmu 
Oleh : Muhammad Syafii Kudo 


Jika boleh diadakan survei sederhana mengenai apa yang pasti diakses oleh para wanita setiap kali mereka membuka media sosial, maka saya pribadi berpendapat bahwa para wanita (kaum ibu dan remaja) mayoritas pasti akan  membuka (scrolling - bahasa zaman now) live (siaran langsung) penawaran baju-baju (fashion) dan kosmetik. Juga siaran langsung promo bahan-bahan pokok (sembako). Dan sisanya mungkin melihat ulasan makanan yang dibahas oleh para food vlogger serta ulasan tentang tempat-tempat wisata yang bagi para kaum FOMO (Fear of Missing Out) yang makna sederhananya adalah takut ketinggalan sesuatu yang sedang trend, wajib masuk daftar kunjungan mereka di kemudian hari. Itu pendapat saya, dan pembaca boleh tidak setuju dengan pendapat saya tersebut.

Khusus mengenai fashion (pakaian), boleh dikatakan keadaan wanita di zaman ini sangat jauh berbeda dengan keadaan wanita di zaman dulu (setidaknya satu dekade yang lalu). Selain lebih variatif baik dari segi harga dan modelnya, selera fashion wanita zaman ini telah berbeda jauh. Mungkin di beberapa tahun yang lampau, kiblat fashion wanita adalah majalah-majalah fashion yang terbit secara berkala yang tidak semua kalangan mampu membelinya. Namun kini, hampir semua kalangan baik di pelosok desa sampai belantara kota bisa dengan mudah mengetahui update model fashion dan kosmetik terbaru lewat media sosial. 

Inilah kemestian zaman (sunatullah) yang harus diterima. Dimana adagium setiap zaman ada orangnya dan setiap orang ada zamannya pasti terjadi. 

Namun yang harus jadi perhatian serius adalah cara pandang (worldview) Islam sebagai seorang Muslim, apakah ikut bergeser atau tidak. Sebab tidaklah datang suatu zaman melainkan ia lebih buruk daripada zaman sebelumnya.

Secara sederhana, Islam memandang pakaian bukan melulu sebagai penghias pemakainya belaka. Pakaian tak dipandang hanya sebagai penambah nilai kecantikan bagi para pemakainya seperti worldview Barat. Namun Islam lebih dominan memandang pakaian (sandang) sebagai kebutuhan pokok (primer) yang wajib dipenuhi layaknya pangan dan papan. Islam sebagai agama yang Syamil memiliki konsep aurat dan juga hukum halal haram dalam ajarannya. Dan di dalam perkara pakaian, Islam tentu punya batasan yang wajib dipatuhi, terutama bagi wanita yang kodratnya diciptakan sebagai perhiasan dunia sekaligus fitnah bagi para lelaki. 

Seperti diketahui, Islam mengajarkan bahwa ada batasan aurat dalam berpakaian bagi wanita baik di dalam sholat maupun di luar sholat. Dalam Mazhab Syafi'i (Mazhab mayoritas masyarakat Indonesia), batasan aurat wanita di luar sholat untuk non mahram adalah seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan. Tidak berhenti di situ, pakaian yang dipakai juga tidak boleh memperlihatkan lekuk tubuh (press body) alias berpakaian ketat, tidak boleh pula berpakaian dengan bahan yang tipis yang bisa membuat kulit tubuhnya terlihat. Dan juga tidak boleh tabarruj

Lantas bagaimana keadaan wanita akhir zaman dalam hal ihwal berpakaian di era tsunami fashion seperti sekarang? Harus diakui baik laki-laki apalagi wanita, cara berpakaian mereka kini telah jauh dari apa yang sudah digariskan oleh agama. Aurat kini banyak diumbar baik di kehidupan nyata apatah lagi di dunia maya. Banyak wanita Islam (yang kurang ilmu agama) banyak tertipu terhadap diri mereka sendiri. Mereka mengira bahwa dengan telah memakai kerudung mereka telah sempurna dalam menutup aurat. Padahal cara berpakaian mereka masih jauh dari tuntutan syariat, kerudung hanya dianggap penambah nilai kecantikan belaka. Ini dibuktikan dengan masih banyaknya wanita Islam yang berkerudung (menutup kepalanya) namun bagian dada dan bagian tubuh bawah masih ditonjolkan (terlepas sengaja atau tidak) sehingga kini muncul istilah Jilboobs dalam kamus digital media sosial dimana predikat itu disandangkan kepada para wanita yang berkerudung namun tetap menonjolkan bentuk payudaranya. Inilah tipuan setan di akhir zaman.

Tipuan setan tidak berhenti di sini. Setan juga mengembuskan paham-paham sesat kepada kaum wanita melalui bala tentaranya (pegiat Feminisme) dengan jargon, "...yang penting itu bukan jilbab di kepala namun jilbab hati. Percuma berjilbab namun hatinya masih kotor." Kalimat ini nampak indah terdengar di telinga namun sejatinya adalah sebuah kerusakan besar. Seperti kata Sayidina Ali bin Abi Thalib Radiyallahu Anhu, 

كلمة حق Ø£ُريد بها باطل 

"Kalimat yang benar namun untuk tujuan kebatilan"

Syari'at Islam menghukum apa yang nampak saja (dhohir) dan perkara hati (batin) itu wilayah Allah belaka yang tidak mungkin manusia mengetahuinya. 

"Jika engkau memperbaiki penampilan lahiriahmu, maka batinmu akan ikut berubah dengan izin Allah. Jangan meremehkan pakaian Islami. la menjagamu dari tempat kelalaian, dan mengantarkanmu ke majelis-majelis kebaikan. Lahiriyah adalah pintu batin. Syariat melihat yang tampak. Maka perindahlah tampilanmu, niscaya hatimu ikut terhias. Penampilan Islami adalah dakwah tanpa kata." Demikian nasihat bijak yang penulis kutip dari sebagian Kalam Habib Abubakar bin Muhammad Assegaf Gresik sekaligus sebagai penutup tulisan ini. Wallahu A'lam Bis Showab

BACA JUGA

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama